laporan ilmu gizi
ILMU
GIZI:
PENCERNAAN,
PENYERAPAN &
DETOKSIKASI
ZAT GIZI
Judul : Pencernaan, Penyerapan & Detoksikasi Zat Gizi
Penulis : dr. Fadil Oenzil, Dipl.App.Nutr.,PhD
Penerbit : Jakarta: Hipokrates
Tahun Terbit : 1995
Ukuran Buku : 14x21 cm
PENCERNAAN
ZAT GIZI DALAM MAKANAN
Ø Jenis-jenis
zat gizi yang terdapat di dalam makanan sehari-hari.
-
Mulut
-
Lambung
-
Empedu
Zat-zat
gizi terdiri dari karbohidrat,lemak,protein,air,mineral,vitamin, dan serat.
Sumber makanan mengandung karbohidrat terutama berasal dari serealia
(padi-padian), umbi, dan hasil olahnya. Lemak berasal dari minyak, lemak
binatang, kelapa, dan kacang-kacangan. Sumber protein baik dari hewani ataupun
nabati antara lain: kacang-kacangan, tahu, tempe, biji-bijian, daging, telur,
susu, dan hasil olahnya. Air minum dan makanan segar adalah sumbernya air.
Sedangkan sebagai sumber mineral adalah sayuran, buah-buahan, dan garam. Sayuran dan buah-buahan juga sebagai sumber
serat
1.
Liur
Mulut (saliva)
Fungsinya sebagai
pelicin di saat menguyah dan menelan. Penambahan air pada makanan yang kering
sebagai medium supaya bahan makanan dapat melarut sehingga enzim hidrolase
dapat memulai proses pencernaan. Saliva juga sebagai tempat ekskersi ion-ion
anorganik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat
(SCN-), iodium, dan imunoglobulin (IgA).
2.
Cairan
Lambung
Ada dua bagian utama
mukosa lambung, yaitu mukosa kelenjar oksintik, dan mukosa kelenjar pilorus.
Mukosa kelenjar oksintik yang mensekresikan asam menutupi korpus lambung,
sedangkan mukosa kelenjar pilorus menutupi antrum. Cairan lambung bening,
berwarna kuning pucat, karena mengandung HCl 0,2 - 0,5 % dengan pH lebih kurang
1. Cairan lambung mengandung 97 – 99 % air, sisanya berupa musin, dan
garam-garam anorganik, enzim-enzim pencernaan pepsin, renin, dan lipase.
A. Asam
HCl
Sel
parietal ( sel oksintik) sebagai sumber HCl lambung. Kehilangan cairan lambung
baik karena muntah atau pun “drainase” lambung, akan menyebabkan alkalosis
metabolik karena setiap satu ion H+ masuk kedalam cairan lambung akan menimbulkan satu ion HCO3-
di dalam darah.
B. Enzim-enzim
pencernaan dalam lambung
-
Pepsin : dihasilkan
oleh chief cell dalam bentuk zimogen
tak-aktif yaitu pepsinogen. Pepsinogen akan menjadi pepsin yang berbentuk aktif
dengan bantuan H+.
-
Rennin ( khimosin,
rennet) : berfungsi untuk
koagulasi susu, penting pada proses pencernaan pada bayi karena mencegah
lewatnya susu secara cepat melalui lambung.
-
Lipase : lipase lambung dapat menghidrolisa
triasilgliserol dari asam lemak rantai pendek dan sedang, tetapi fungsi
lipoliotik cairan lambung tidak lah penting.
C. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sekresi getah lambung
-
Fese Sefalik :
Rangsangan dari dalam otak, termasuk disini: bau, rasa, proses mengunyah, dan
menelan makaanan akan menimbulkan implus melalui nervus vagus ke lambung.
-
Fase Gaster : Makanan
di dalam lambung merangsang sekresi getah lambung melalui; *Peregangan lambung
merangsang sekresi getah lambung melalui nervus vagus,
*Peregangan lambung
juga merangsang sekresi getah lambung secara refleks lokal,
-
Fase Intestinalis : Khime pada bagian
proksimal usus halus merangsang secara lambat sekresi asam lambung.
Obat-obat
yang merangsang sekresi lambung:
-
Obat-obat gastrin-like
-
Obat-obat kholinergik
-
Obat-obat histaminergik
D. Ketahanan
mukosa lambung
Mukosa
lambung yang normal mengandung asam, tapi tanpa merusak mukosa tersebut.
Ketahanan mukosa pada lambung ini, merupakan faktor defensif, sedangkan yang
termasuk faktor agresif adalah asam lambung dan pepsin.
Faktor-faktor yang berperan
dalam ketahanan mukosa:
a. Mukus dan bikarbonat:
Mukus suatu glikoprotein, lapisan ini tebal nya lebih kurang 2-3 kali tinggi
sel epitel permukaan.
b. Resistensi mukosa:
Termasuk disini daya regenerasi sel, potensial listrik membran mukosa, dan
kemampuan penyembuhan luka.
c. Aliran darah mukosa
(mikrosirkulasi): Penurunan perfusi darah memegang
peranan penting dalam patofisiologi ulkus akibat stress pada syok, sepsis, dan
lain-lain.
d. Prostaglandin Prostaglandin
yang dihasilkan mukosa lambung, dan duodenum berfungsi sebagai sitoprotektif.
E. Kerusakan
pada mukosa lambung
a. Difusi
baik asam lambung pada mukosa akan merangsang motifasi lambung, yang disebabkan
oleh pleksus intrinstik.
b. Difusi
balik asam lambung ke mukosa akan merangsang sekresi pepsinogen.
c. Difusi
balik asam lambang ke mukosa akan membebaskan histamin dari cadangan mukosa di
samping meningkatnya pembentukan histamin.
d. Histamion,
dan mungkin bahan lain yang disebabkan oleh mukosa yang rusak akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi.
3.
Getah
Pankreas dan Empedu
A. Getah
Pankreas
Yang
termasuk enzim-enzim pankreas:
a. Proteolitik
enzim: tripsin, khimotripsin, dan elastase, suatu endopeptidase; yang akan
memecah protein, dan polopeptida menjadi polipeptida dan peptida.
b. Karboksipeptidase:
suatu eksopeptidase yang akan memecah ikatan terminal karboksipeptida sehingga
membebaskan asam amino tunggal.
c. Amilolitik
enzim: suatu α-amilase yang akan memecah ikatan 1,4-glikosida pada starch dan
glukosa sehingga menfghasilkan mutosa.
d. Lipolitik
enzim: lipase pankreas bekerja pada batas lemak air, merupakan tetesan halus
emulsi lemak yang dibentuk oleh gerakan mekanik, di dalam saluran pencernaan.
e. Kolesteril
ester hidrolase (kolesterol esterase). Enzim berfungsi menghidrolisis
kholesteril ester karena penyerapan pada usus dalam bentuk bebas.
f. Ribonuklease (RN-ase) dan deoksiribonuklease
(DN-ase).
g. Fosfolipase
A2, Enzim ini menghidrolisis ikatan ester pada posisi 2
gliserofosfolipid yang berasal dari empedu dan diet.
B. Empedu
· Susunan
empedu terdiri dari:
a.
Larutan Na bikarbonat
dan Cl-
b.
Asam empedu, primer,
dan sekunder
c.
Lesitin
d.
Kolesterol
e.
Pigmen empedu
f.
Protein
g.
Senyawa hasil
metabolisme dan disekresikan oleh hati
· Fungsi
empedu
a.
Emulsifikasi: garam
empedu mempunyai kesanggupan menurunkan tegangan permukaan.
b.
Menetralkan asam:
empedu mempunyai pH sedikit di atas 7.
c.
Ekskresi: melalui
empedu merupakan cara untuk ekskresi asam empedu, dan kolesterol.
d.
Kelarutan kolesterol
dalam empedu pada pembentukan batu empedu. Kolesterol bebas tidak larut dalam
air tetapi bergabung di dalam misel fosfatidilkolin.
e.
Metabolisme pigmen
empedu.
C. Getah
Usus
Getah
usus disekresikan oleh kelenjar Bruner,
dan Lieberkuhn mengandung enzim pencernaan seperti:
a. Aminopeptidase,
suatu eksopeptidase yang memecah ikatan peptida di sebelah N-asam amino
terminal dari polipeptida dan oligopeptida.
b. Disakaridase
dan oligosakaridase seperti α-glukosidase (maltase) yang memisahkan residu
glukosa tunggal
c. Fosfatase,
memisahkan fosfat dari beberapa fosfat organik seperti heksofosfat,
gliserofosfat, dan nukleat oleh nuklease.
d. Nukleosidase
(nukleosida fosforilase) akan mengkatalisis fosforilisis nukleosida dan
menghasilkan basa nitogen bebas dan pentosa fosfat.
e. Fosfolipase
akan memecah fosfolid dan menghasilkan gliserol, asam lemak, asam fosfat, dan
basa seperti kolin.
D. Hasil
Akhir Pencernaan
Hasil akhir pencernaan karbohidrat berbentuk
monosakarida ( terutama glukosa), hasil akhir protein berbentuk asam amino,
dari triasilgliserol menjadi asam lemak, gliserol, dan monoasilgliserol,
sedangkan hasil akhir asam nukleat adalah nukleobasa, nukleosida, dan pentosa.
CARA
PENYERAPAN BAHAN MAKANAN
1.
Penyerapan
Karbohidrat Makanan
Penyerapan
secara difusi. Kecepatan penyerapan secara difusi ini secara langsung
berbanding lurus dengan kadar gula tersebut di dalam lumen.
Glukosa
dan glaktosa secara cepat diserap dengan transpor yang sama sehingga bersaing
pada penyerapan. Penyerapan glukosa dan galaktosa saling menghambat penyerapan
satu dengan yang lain.
2.
Penyerapan
Lemak Makanan
Karena
lemak mengandung 9 kcal pergram, maka lemak adalah ssumber makanan yang tinggi
kalori. Lemak membentuk membran sel, karena tanpa membran sel, maka tubuh akan
mencair. Lemak yang sudah membentuk emulsi akan dihidrolisis menjadi asam lemak
bebas, dan 2 monogliserida. Trigliserida merupakan lemak utama di dalam diet
(makanan). . Trigliserida adalah ester gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Trigliserida
Rantai Makanan
Trigliserida
dengan asam lemak rantai pendek, dan menengah lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang . Trigliserida dengan asam lemak
rantai pendek, dan menengah lebih sempurna dicerna, dan diserap bila pencernaan
trigliserida dengan rantai panjang terganggu.
Lesitin
Lesitin suatu
fosfolipid, asam lemak diesterifikasi pada atom karbon 1 dan 2, sedangkan asam
fosfat diesterifikasi pada atom karbon 3.Basa organik seperti kolin,atau
etanolamin berikatan ester dengan asam fosfat.
Kolesterol
Kolesterol, dan
ester di dalam diet merupakan bagian kecil di dalam lumen usus. Sebagian besar
kolaesterol berasal dari empedu.
3.
Penyerapan
Protein, dan Nukleoprotein Makanan
Salah satu contoh
penyerapan suatu molekul protein yang besar adalah penyerapan vitamin B12,
dan faktor intrinsik pada ileum terminal. Lebih kurang dari 10 g protein enzim
disekresikan ke dalam saluran pencernaan setiap hari. Adanya penggantian yang
sangat cepat sel epitel saluran
gastrointestinal, dan pada keadaan normal sejumlah kecil protein plasma
tertumpah ke dalam saluran pencernaan setiap hari.
Nukleoprotein
Makanan: Nukleotida pirimidin pada saat kontak dengan mukosa dihidrolisasi
menjadi nukleosida, dan fosfat anorganik.
4.
Penyerapan
Vitamin
Vitamin adalah suatu
senyawa yang heterogen, dibutuhkan secara absolut oleh tubuh. Bila garam empedu
tidak ada, maka pembentukan misel terganggu, sehingga vitamin yang larut dalam
lemak terganggu pula penyerapannya. Vitamin B12 (sianokobalamin)
mempunyai berat molekul 1355, sedangkan konyugasi vitamin B12, berat
molekulnya menjadi lebih besar. Beberapa vitamin seperti tiamin, dan vitamin K
disintesa oleh mikroflora, yang hidup didalam saluran pencernaan.
5.
Penyerapan
Air dan Elektrolit
Air yang berasal
dari makanan dan minuman akan bertambah volumenya dengan adanya saliva, cairan
getah lambung, getah pankreas, dan empedu. Mukosa usus halus permeabel terhadap Na+,
selanjutnya Na+ diserap lagio secara aktif. Jadi penyerapan Na+
merupakan hasil aliran dua arah yang berlawanan. Penyerapan aktif Na+ akan
diimbangi dengan sekresi H+. Sekresi H+ kedalam lumen
akan bereaksi dengan HCO3-. CO2 yang
dihasilkan dari reaksi ini akan berdifusi ke dalam darah.
6.
Penyerapan
Beberapa Mineral
Kalsium
memasuki saluran pencernaan, yang berasal dari makanan dan minuman, sekresi
dari sel usus, dan juga dari deskuamasi sel. Jika jumlah kalsium yang dimakan
kurang,sedangkan jumlah yang disekresikan di dalam tinja meningkat maka akan
terjadi negative calcium balance .
Kalsium akan berikatan pada protein pengikat kalsium yang spesifik. Sintesis
protein pengikat kalsium ini di kendalikan oleh bentuk aktif vitamin D.
Magnesium
(Mg)
Bila magnesium
terdapat dalam makan pagi, maka penyerapan mulai sesudah 1 jam terus selama
8-12 jam,lalu berhenti. Pada penderita kegagalan ginjal menahun, maka
penyerapan Mg ini sangat berkurang.
Fosfat
Fosfat juga di
serap di sepanjang usus halus, cara penyerapan fosfat ini aktif dan pasif.
HORMON
SALURAN PENCERNAAN
1.
Orientasi
Ada
3 macam hormon saluran pencernaan yang utama;
1. GASTRIN
§ Meningkatkan
tekanan istirahat pada sfingter esofagus inferior.
§ Merangsang
sekresi asam sel oksintik yang selanjtnya merangsang sekresi pepsinogen oleh sel
chief melalui refleks lokal.
§ Meningkatnya
motilitas antrum gaster.
§ Mempunyai
efek trofik pada mukosa gaster.
2. KOLESISTOKININ
§ Sedikit
merangsang sekresi asam lambung.
§ Secara
kompetitif menghambat sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin.
§ Kuat
merangsang sekresi enzim oleh pankreas.
§ Sedikit
merangsang sekresi bikarbonat oleh pankreas, walaupun demikian.
§ Kuat
meningkatkan efek sekretin dalam
merangsang sekresi bikarbonat oleh pankreas.
§ Kuat
merangsang kontraksi kandung empedu, merangsang sekresi dan motilitas duodenum.
3. SEKRETIN
§ Merangsang
sekresi pepsinogen.
§ Merangsang
sekresi bikarbonat oleh pankreas, dan hati; sinergistik dengan CCK.
§ Menghambat
sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin.
§ Menghambat
motilitas gaster dan duodenum.
§ Mempunyai
efek metabolik mirip dengan glukagon.
KELAINAN PENCERNAAN,
DAN PENYERAPAN
1.
Defisiensi
Enzim Laktase
Intoleransi
laktosa didefinisikan sebagai timbulnya gejala-gejala pada saluran pencernaan
sesudah makan atau meminum bahan-bahan yang mengandung laktosa, atau pun hasil
olahannya. Laktosa hanya dapat ditemukan di dalam susu atau hasil olahannya,
laktase akan dihidrolisis menjadi
monosakarida, glukosa, dan galaktosa yang diserap secara aktif.
§ Aktivitas
Laktase; sedikit rendah pada bagian awal duodenum, dibandingkan dengan bagian
distal duodenum dan selanjutnya aktif sepanjang usus halus.
§ Etiologi
Intoleransi Laktosa; defisiensi laktase pada KKP(Kekurangan Kalori Protein)
berat dapat merubah bentuk vilosa, yang selanjutnya menimbulkan intoleransi
laktosa.
Defisiensi laktase terdiri atas 3
bentuk:
a.
Congenital
hereditary lactase deficiency ( Primary inborn Error of Metabolism).
b.
Adult
lactase deficiency (racial) disebut juga primary acquired lactase deficiency.
c.
Defisiensi laktase
sekunder. Umumnya bersifat reversibel, terjadi karena kerusakan mukosa usus halus.
§ Patofisiologi
Intoleransi Laktosa; Laktosa yang diserap oleh bakteri (terutama Escherichia
coli) yang banyak di dalam usus akan merubah laktosa tersebut menjadi asam
organik, antara lain: laktat, asam format, asam asetat, asam propionat, dan
asam butirat di samping gas CO2 dan hidrogen.
§ Diagnosis
Intoleransi Laktosa;
-
Manifestasi Klinik
·
Lactose
Tolerance Test; Diagnosis ditegakkan berdasarkan
penyerapan glukosa.
·
Secara radiologi; Barium lactose meal test. Dengan
pemberian laktosa 2 g/kg berat badan dicampur dengan 50 ml barium Mikropaque
100%.
·
Biopsi Usus; Biopsis
usus dengan memakai kapsul Crossby/Watson
baik pada orang dewasa maupun pada anak.
·
Kromatografi Gula;
jarang dilakukan, gunanya untuk membantu keraguan pada Clinitest.
·
Ethanol-lactose
test; bahwa etanol akan mereduksi Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD)
menjadi Dihidro Nicotinamide Adenine
Dinucleotide (NADH).
·
14CO2
pada pernafasan; prinsipnya bila 14C- laktosa dimakan, maka
sebagai hasil metabolismenya terbentuk 14CO2.
·
Hydrogen Breath Test
(HBT); diagnosis malabsorpsi laktosa dengan satu kriteria yaitu peningkatan
abnormal H2 ekpirasi selama Lactose
Tolerance Test.
MIKRO-ORGANISME DI DALAM USUS BESAR,
PENYERAPAN, DETOKSIKASI, DAN EKSKRESI
1.
Peragian
Karbohidrat di dalam Usus
Kulit
biji-bijian (bean) mengandung oligosakarida yang tidak dapat dihidrolisa oleh
oligosakarida usus. Bila bean ini
dinamakan lebih dari 25% asupan kalori, maka akan menyebabkan kecepatan flatus
200 ml tiap jam. Pada defisiensi laktase akan terjadi laktosa tertinggal dan
selanjutnya akan terjadi peragian oleh flora usus.
2.
Asam
Lemak Rantai Pendek Hasil Peragian Usus
Pati, selulosa,
dan hemiselulosa diuraikan oleh bakteri,
dan membentuk heksosa, dan pentosa. Selanjutnya metabolisme lebih lanjut
terjadi di dalam bakteri. Malalui proses glikolisis atau Pentosa Phospate Pathway, akan terbentuk piruvat, yang kemudian
dengan cepat terbentuk hasil akhir berupa asam lemak rantai pendek berupa
asetat, propionat, dan butirat, serta laktat.
3.
Pembusukan
dalam Usus
Bakteri dalam
usus merusak fosfatidil kolin yang menghasilkan kolin, dan bahan toksik amina,
seperti neurin. Beberapa asam amino mengalami dekarboksilasi sebagai akibat
kerja bakteri usus yang mengahsilkan bahan toksik amina yaitu ptomain. Asam
amino triptofan mengalami reaksi membentuk indol, dan metindol (skatol). Usus
besar merupakan sumber amonia sebagai hasil aktifitas pembusukan bahan nitrogen
oleh bakteri usus. Pada keadaan normal amonia dipisahkan dari darah oleh hati.
4.
Susunan Tinja
Ukuran tinja
dipengaruhi oleh serat kasar di dalam diet. Volume dan frekuensi defekasi dapat
diatur dengan penambahan sayuran atau pun dedak ke dalam makanan. Sayuran
mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lignin tidak dicerna oleh usus
manusia.
5.
Diare
Diare berarti
keluarnya tinda lebih dari 500 ml/hari (pada orang Barat). Diare berasal dari
usus juga terjadi bila isi ileum dicurahkan ke dalam kolon dengan volume normal
tetapi mengandung bahan yang merubah fungsi kolon.
Pencernaan, dan penyerapan lemak
hanya sedikit terganggu dan lemak akan ditemukan di dalam tinja kurang dari 16
g/hari. Diare jenis ini dapat diberi pengobatan dengan kolestiramin, yaitu
bahan sintetik yang menyerap asam empedu.
Pada pasien diare kronis, penting
diperhatikan:
a. Apakah
ada inflamaasi pada usus seperti adanya diare eksudatif, darah, dan mukus.
b. Apakah
ada gejala melabsorpsi, seperti adanya anemia, defisiensi vitamin B12,
dan defisiensi asam folat.
c. Apakah
ada riwayat makan obat, baik waktu diare, maupun sebelumnya. Obat-obat yang
bersangkutan antara lain antasid, dan antibiotika.
d. Apakah
ada penyakit sistemik, seperti tirotoksikosis.
e. Apakah
diarenya berat, terus menerus, atau diare malam hari. Jika diare itu berat,
kemungkinan ada kelainan organik.
6.
Konstipasi
Kerja yang
abnormal usus besar pada konstipasi dapat berlangsung dengan tiga cara yang
berbeda yaitu: defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja mungkin tidak
cukup jumlahnya, atau tinja berbentuk keras, dan kering.
Definisi
konstipasi ini menggambarkan adanya standar normal frekuensi, ukuran, dan
kualitas gerakan usus besar, tetapi sulit menentukan kepastian fungsi
patologis. Konstipasi mungkin menimbulkan kolik bila aliran di dalam kolon
perlahan, dan lama, atau mungkin juga timbul sakit waktu defekasi, bila rektum
tidak dapat dikosongkan.
Kontipasi tidak
berbeda dengan diare, mungkin bersifat akut maupun kronis. Konstipasi akut
mungkin merupakan komplikasi penyakit seperti radang akut intra-abdomen
(apendisitis), pasien terlampau lama tirah baring, akibat pemberian obat-obatan
(analgetik, narkotik, antasid, dan lain-lain).
Konstipasi kronis dapat disebabkan
oleh:
a. Penyakit
lokal pada usus, seperti nyeri perianus, tumor usus, dan radang fokal
(divertikulitis).
b. Gangguan
motilitas kronis pada irritable bowel
syndrome.
c. Penyakit
sistemik antara lain keadaan depresi, hipotiroid, hiperparatiroid, porfiria,
dan diabetus melitus
d. Obat-obatan
seperti antasid (yang mengandung aluminium), antikolinergik (antidepresan
trisiklik), opiat, analgesik, dan obat hipotensif.
e. Neurogenik:
penyakit pada medula spinalis, nervus prifer, dan penyakit Hirschprung
(penyakit pada pleksus dinding usus).
7.
Autointoksikasi
Tinja yang
tertahan dapat bersifat racun, karena toksinnya diserap dari tinja yang
tertahan di dalam kolon. Pada orang dengan hati normal, maka autointoksikasi
tidak terjadi. Termasuk toksin ini adalah histamin, triptamin, dan kadaverin,
yang terbentuk dari dekarboksilasi asam amino. Amonia dihasilkan dalam lumen
saluran pencernaan secara deamidasi glutamin, dan hidrolisis urea. Pengurangan produksi
amonia di dalam kolon dapat dilakukan dengan cara:
a. Diet
Rendah Protein.
b. Pemberian
pengobatan dengan antibiotik neomycin untuk
menekan bakteri yang mengandung urease.
c. Pemberian
laktulosa.
8.
Steatorrhea
Lemak dalam tinja normal juga
berasal dari sel bakteri. Kelebihan lemak di dalam tinja diebut steatorrhea, pada steatorrhea jumlah
lemak di dalam tinja berbeda dengan lemak makanan. Umumnya lemak tinja dalam
bentuk asam lemak bebas, karena trigliserida dalam makanan dihidrolisa, dan
gliserol diserap. Salah satu asam lemak terbentuk adalah asam risinoleat, yang
ikut berperan sebagai penyebab diare pada steatorrhea.
Komentar
Posting Komentar